Kamis, 03 Februari 2011

Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan Bermasyarakat


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada waktu-waktu terakhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada disekitar manusia: peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuh, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai : bahasa adalah alat komunikasi antara anggota-anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan mengatakan  bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka itu menunjukkan bahwa dua orang atau pihak dapat mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya, sejak lama telah dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi sebagai disebut tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Dewasa ini sangat sulit bagi kita untuk membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang  begitu kompleks tanpa bahasa.
Walaupun asap api, bunyi gendang dan sebagainya dalam keadaan yang sangat  terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi, tetapi semuanya bukanlah bahasa. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri  haruslah merupakan simbol atau perlambang.
Rumusan Masalah
Untuk lebih mudah memahami makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah hakikat dari aspek bahasa
  2. Bagaimanakah fungsi bahasa dalam kehidupan?
  3. Apa tujuan kemahiran berbahasa
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
  1. Agar kita mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam bahasa
  2. Mudah mengetahui apa fungsi bahasa dalam kehidupan
  3. Mengetahui dari pada tujuan kemahiran berbahasa

Manfaat
Manfaat dari pada penyusunan makalah ini :
  1. Mahasiswa mengetahui aspek, fungsi dan tujuan kemahiran bahasa dan bisa diterapkan dalam kehidupan sosial
  2. Sebagai acuan pembuatan makalah yang akan dating

BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca indra.
Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makan yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang  diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (= yang dicerap panca indra kita), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.
Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna sebuah kata tergantung dari konvensi (kesepakatan) masyarakat bahasa yang bersangkutan. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien, atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.
Dalam sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar antara kata dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada; untuk itu diusahakan bermacam-macam keterangan mengenai timbulnya kata-kata dalam bahasa. Etimologi merupakan hasil dari kelompok ini. Namun etimologi yang mula-mula timbul untuk mendukung pendapat itu terlalu dibuat-buat sehingga sulit diterima. Usaha lain yang mempertahankan pendapat itu adalah apa yang dikenal dengan onomatope (kata peniru bunyi). Namun hal ini pun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan bahwa tiap bunyi sebenarnya mengandung nilai-nilai tertentu, misalnya vokal a, u, o, menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil dan tajam. Demikian pula konsonan-konsonan melambangkan bunyi-bunyi tertentu. Dalam beberapa hal barangkali dapat ditunjuk contoh-contoh yang mungkin menyakinkan. Tetapi terlalu banyak hal yang akan menentang contoh-contoh tadi. Dengan demikian pendapat lain lebih dapat diterima antara kata dan barang tidak terdapat suatu hubungan. Hubungan itu bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Fungsi Bahasa
Bila kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa:
@ Untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :

-       Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita
-       Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan di mana  yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai, dan sebagainya. Menceritakan pada kita kenyataan ini.
@ Alat komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Bila kita menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia primitif masih sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka masih sangat rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta di pihak lain kita mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau mengkonsumsikan semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa  wujud dan fungsi bahasa pada manusia-manusia primitif masih terbatas pula sesuai dengan keterbatasan kebutuhan dan kemampuan intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia bertambah serta kebudayaan dan kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu turut pula berkembang untuk dapat menampung semua apa yang telah dicapai oleh umat manusia sehingga komunikasi tidak mengalami kemacetan.
@ Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan  tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis dengan masyarakat  itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata karma masyarakat tersebut.
Bahasa-bahasa menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompoknya penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap individu untuk menyesuaikan dirinya dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan mempergunakan pula kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang identik. Kata sebagai sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, tetapi ia juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah laku seseorang.
@ Alat untuk mengadakan kontrol sosial
Yang dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt; yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat tertutup (covert; yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi)
Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk bawahannya.
Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat. Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan dengan cara-cara berikut. Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian berbicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan persyaratan bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi ay penuh dalam masyarakat tersebut. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh. Mereka inilah yang menjadi penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya. Ketiga, bahasa melukiskan dan menjelaskan peran yang dilakukan oleh si anak untuk mengidentifikasikan dirinya supaya dapat  mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Dan keempat, bahasa menanamkan rasa keterlibatan (atau sense of belonging atau esprit de corps) pada si anak tentang masyarakat bahasanya.
Tujuan Kemahiran berbahasa
Melihat fungsi-fungsi bahasa sebagai dikemukakan di atas, terutama fungsi sebagai alat komunikasi dan kontrol sosial, maka maksud utama dari buku ini ialah berusaha untuk memberikan dasar-dasar guna memperoleh kemahiran berbahasa, baik dalam penggunaan bahasa secara lisan secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.
Sebab itu bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai, yang tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain. Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan merupakan bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung dapat diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki tidak dapat segera mendapat tanggapan.


Latihan kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif, menguasai struktur bahasa dan kosakata secara menyakinkan, menggunakan suara dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, pengetahuan, perasaan dan lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur dan logis.
Dengan demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang diinginkan. Dengan bahasa kita  dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang biasa dipakai oleh masyarakat umum.
Tingkat kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berpikir, merasa dan bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor; ketepatan dan ketelitian maksud pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
Manfaat Tambahan
Bisa tujuan utama tercapai, yaitu sudah memperoleh kemahiran berbahasa, maka secara implisit kita memperoleh pula beberapa macam kesanggupan lain. Kesanggupan-kesanggupan tersebut yang akan muncul dengan sendirinya pada  tahap seorang betul-betul mahir berbahasa ialah :
a)    Kita lebih mengenal diri kita sendiri : kita bisa mengetahui sampai di mana kesanggupan kita untuk mempengaruhi orang lain, betapa hidupnya imaginasi kita, beberapa jauh dapat kita harapkan hasil dari pemikiran atau buah pikiran kita Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan  mudah menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain, dapat memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang dilakukan orang lain. Tetapi seketika kita diberi tugas untuk melakukan hal yang sama, barulah kita menyadari bahwa tugas itu tidak semudah yang dapat kita bayangkan, atau sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu dengan latihan dan teori yang diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal kekurangan kita, dan perlahan-lahan kita mengatasinya
b)    Kita lebih dalam memahami orang lain : komunikasi tidak bisa berjalan searah, harus terjadi secara timbal balik. Biasanya dalam keadaan biasa kita mudah mengetahui kekurangan orang-orang lain, bagaimana bahasanya, bagaimana keteraturan isi pikirannya  dan sebagainya. Tetapi karena itu kita sendiri sudah mulai memahami diri kita sendiri mengenai kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sendiri, maka kita pun secara tak langsung menyadari pula kesulitan yang sama yang juga dihadapi orang lain. Dengan demikian kita mengembangkan pula perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota masyarakat, lebih dalam memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih banyak mengenal motif-motif kemanusiaan yang universal.
c)    Belajar mengamati dunia sekitar kita dengan lebih cermat: dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak bertindak sebagai penonton dengan tidak memikirkan lebih mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Tetapi seketika kita memperoleh tugas untuk membahas suatu persoalan baru timbul masalah : bagaimana harus membahas masalah itu secara mendalam, bagaimana harus menguraikan persoalan itu sehingga jelas diterima oleh orang-orang lain. Mau tidak mau kita harus mempelajari hal itu secara lebih seksama, meneliti masalah itu dari segala macam sudut, meneliti pendapat ahli-ahli lain mengenai masalah tersebut dan sebagainya. Itulah sebabnya sebuah tulisan ilmiah harus didahului dengan suatu penelitian. Dengan penelitian tersebut kita semakin mengenal hal-hal yang berada di sekitar kita, sehingga kita dapat memberi tanggapan-tanggapan yang lebih sensitive. Kita mengembangkan pula kesanggupan untuk melihat detail-detail dari tiap situasi yang paling utama dan menarik.

d)    Kita mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur: setiap orang selalu beranggapan bahwa apa yang diucapkannya sudah sangat jelas. Sebab itu ia sering heran mengapa orang-orang lain tidak dapat memahami apa yang diucapkannya. Apakah benar ucapannya itu sudah sangat jelas dan teratur? Bila ucapannya itu direkam kemudian diperdengarkan kembali, maka mungkin ia sangat keheran-heranan mendengar betapa kacau bahasanya. Betapa kusut jalan pikirannya, sehingga ia sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya tadi. Proses pemikiran dan kebiasaan berpikir yang teratur dan logis terutama diperlukan dalam ekspresi-ekspresi yang spontan.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kemahiran berbahasa bertujuan melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua anggota  masyarakat. Ia memungkinkan terpeliharanya tata sosial, adat istiadat, kebiasaan dan sebagainya, melalui pengkhususan dari fungsi komunikatif tadi. Jadi yang paling utama dari kemahiran berbahasa adalah pemakaian bahasa secara baik untuk kepentingan tiap individu dalam masyarakat, untuk kebaikan umat manusia sendiri.
Tetapi sejarah juga mencatat kenyataan-kenyataan yang sama sekali tidak diharapkan umat manusia. Sejarah memperlihatkan pula bahwa kemahiran bahasa yang dimiliki seseorang dapat disalah-gunakan untuk menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Ini bukan menjadi tujuan kita. Sebab itu pemakai bahasa tidak saja harus memiliki kemahiran sebagai yang dimaksud, tetapi juga harus memiliki moral yang tinggi, sehingga dapat menjadi batu timbangan dalam mengadakan kontrol sosial terhadap anggota-anggota masyarakat, terutama bila pembicara menduduki suatu tempat yang penting dalam masyarakat atau memegang tampuk pimpinan suatu masyarakat.
Saran-Saran
Saran-saran yang diberikan penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
  • Supaya mahasiswa lebih bisa memahami aspek fungsi bahasa, dan tujuan kemahiran berbahasa, karena hal demikian, sangat penting dalam kehidupan sosial terutama untuk berinteraksi antar sesama masyarakat social


DAFTAR PUSTAKA
Samsuri. 1991. Analisis Kesalahan Berbahasa. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ali Syahbana, S. Takdir. 1957.  Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia. Djakarta: PT. Pustaka Rakyat.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar