Sabtu, 05 Februari 2011

HUBUNGAN EKOLOGIS DAN BIOLOGIS YANG TERJADI ANTARA MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan Hidayahnya serta atas izin nyalah tugas makalah ini bisa selesai di susun dan di persembahkan untuk para pembaca. Tak lupa pula shalawat dan salam kita haturkan kepada sang Revolusioner dunia Nabi Muhammad SAW serta para sahabat- sahabatnya yang telah menuntun kami dari masa kegelapan ke masa terang benderang.
Pada tugas ini saya akan membahas tentang “HUBUNGAN EKOLOGIS DAN BIOLOGIS YANG TERJADI ANTARA MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG.” mudah-mudahan makna dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
                Saya sebagai penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam makalah ini mohon di maklumi. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.



      Ambon, 08 Januari 2011
Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGATAR   ………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI           ……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang         ………………………………………………………………. 01
B.      Rumusan Masalah       …………………………………………………………. 02
C.      Tujuan     ………………………………………………………………….……………. 02
BAB II PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG
1.      Ekosistem Mangrove              ………............................................................................. 03
2.      Ekosistem Lamun                              ………………………………………………………………….. 07
3.      Ekosistem Terumbu karang                       ……………………………………………………… 09
B.      Hubungan ekologis antara mangrove,
lamun, dan terumbu karang                          ………………………………………………………….. 10
C.     Hubungan Biologis antara mangrove,
lamun, dan terumbu karang                           …………………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan                                   …………………………………………………………………………………. 13
B.      Saran                                      ………………………………………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA          ……………………………………………………………………………….. iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.791 km, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia, reptilia, krustasea dan berbagai jenis moluska. Sumberdaya alam laut tersebut merupakan salah satu modal dasar yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional.
Adanya suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya disebut dengan ekosistem. Ekosistem berasal dari kata : Geobiocoenosis, yang berarti Biocoenosis : komponen Biotik dan Geocoenosis : komponen abiotik
Tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.
Aliran energi dalam niche yang terjadi adalah ketika matahari menyinari laut, sinarnya akan membantu proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Fitoplankton inilah yang         kemudian akan dikonsumsi oleh zooplankton, zooplankton dikonsumsi oleh hewan dengan tingkat yang lebih tinggi (karnivora), hingga pada akhirnya hewan karnivora akan mati dan didekomposisi oleh dekomposer menjadi detritus, yang kemudian diserap fitoplankton sebagai zat hara/nutrien.
Ada beberapa ekosistem yang terdapat di laut tropis contohnya : mangrove, lamun dan terumbu karang. hubungan ketiga ekosistem ini sangat sinergis. Apabila salahsatu sistem mengalami gangguan,maka sistem yang lain akan berpengaruh juga.

B.      Rumusan Masalah
1.      Ekosistem Mangrove
2.      Ekosistem Lamun
3.      Ekosistem Terumbu karang
4.      Hubungan ekologis dan biologis yang terjadi antara mangrove, lamun, dan terumbu karang

C.       Tujuan
Tujuan yang dapat saya angkat yaitu :
1.      Sebagai bahan acuan pemenuhan SKS pada mata kuliah biologi laut
2.      Untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa Darussalam tentang hubungan ekologis dan biologis yang terjadi antara mangrove, lamun, dan terumbu karang.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG
1.     Ekosistem Mangrove


            Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota perairan, tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung,sumber plasma nutfah,serta sebagai pengatur iklim mikro.
Fungsi fisik hutang mangrove yaitu   mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang serta menguraikan/mengolah limbah organic. Fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik. Ekosistem mangrove yang terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau.
a.       Fungsi Mangrove
1.      Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
2.      Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut.
3.      Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia (monyet).
4.      Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
5.      Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
6.      Sebagai tempat ekowisata.

b.      Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan
Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan (Bengen, 2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1.      Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya: Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2.      Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :
o   Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
o   Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.
o   Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3.      Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

c.       Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia:
o   Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.
o   Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
o   Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
o   Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

2.     Ekosistem Padang Lamun
            Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut.Padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang.
Meskipun padang lamun merupakan ekosistim yang penting namun pemanfaatan langsung tumbuhan lamun untuk kebutuhan manusia tidak banyak di lakukan. Beberapa jenis lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan, samo-samo ( Enhalus acoroides) misalnya di manfaatkan bijinya oleh penduduk pulau-pulau seribu sebagai bahan makanan.
Adapun ancaman terhadap padang lamun, diantaranya sebagai berikut :
o   Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir  laut,pelabuhan,industri dan saluran navigasi).
o   Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin
o   Pencemaran minyak dan industri.
a.       Upaya pelestarian Padang Lamun
Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan lamun
b.      Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir
c.       Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta  limbah pemukiman
d.      Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun
e.       Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun
f.        Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun





3.     Ekosistem Terumbu Karang
http://mellanieamelia.files.wordpress.com/2010/04/b.jpg?w=300&h=225

        Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas tinggi (Sukarno et al., 1986).       Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988). Ekosistem ini mempunyai sifat yang menonjol karena produktivitas dan keaneka- ragaman jenis biotanya yang tinggi. Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki terumbu karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati.
Terumbu karang adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat (CaCO3) dan terutama dihasilkan oleh karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan terus menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal dari luar terumbu.  Beberapa faktor  yang  membatasi  pertumbuhan  karang adalah : cahaya, diperlukan oleh Zooxanthellae  untuk  melakukan    fotosintesis    dalam   jaringan   karang.   Suhu dapat merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang optimum terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 – 25oC, akan tetapi karang juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20oC, sampai dengan 36 – 40oC  (Nybakken, 1988).
  
B.     Keterkaitan Ekosistem secara Biologis


Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao, Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieUmH11SZObZhJwBGcY3BHwM2ra7eCYiYcWw2PfqG5wtCTVsVuuyRiQGD1TbFMdWKJoYM5EspDu8Dp3tCzUhNtl0aKzt5HoSs-rQ2t9L2Rd5Y0U-dCp6fqEZKfo4OUs9dCM4adwXyUsp_Y/s400/Picture1.jpg
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000) melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut.

C.      Keterkaitan ekositem secara Ekologis
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.
BAB III
P E N U T U P

A.     Kesimpulan

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.

Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas tinggi (Sukarno et al., 1986).       Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988).

Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme.


B.     Saran
Saran  kepada pembaca agar materi yang ada dapat di mengerti, dan saya sadar materi ini belum mencapai kesempurnaan, maka dari itu saya harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari Ibu dosen demi kesempurnaan tugas ini.





DAFTAR PUSTAKA


Anugerah Nontji.2007.Laut Nusantara.Djambatan:Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar